• September 30, 2023

Tiba-Tiba ke Premier League! Dongeng Hebat Luton Town

Wembley, 27 Mei 2023, menjadi saksi sejarah lahirnya dongeng heroik klub asal Bedfordshire Inggris, Luton Town. Kota industri pembuatan topi di Inggris itu kini merasakan indahnya promosi ke liga kasta tertinggi Inggris.

Pencapaian The Hatters selama ini tak mudah. Klub kecil ini butuh waktu bertahun-tahun untuk berjuang mencapai ini semua. Lalu bagaimana perjalanan mereka selama ini?

31 Tahun Menunggu

31 tahun menunggu untuk kembali ke liga kasta teratas Inggris bukan waktu yang sebentar. FYI aja, Luton Town ini sudah pernah lho berlaga di Liga Inggris, yakni musim 1991/92. Namun ketika itu belum bertajuk Premier League, yakni masih Football League.

Setelah itu, Luton Town hanya berkutat di periode keterpurukan di divisi yang lebih rendah. Sampailah pada satu titik terendah mereka pada tahun 2009. Di sinilah periode pesakitan Luton mulai menemui babak baru.

Berakhirnya musim 2008/09 bagi Luton Town itu menyakitkan. Mereka terjerumus ke lubang degradasi liga kasta kelima Inggris atau Non-League.

Kasta Terbawah Inggris Dan Krisis

Sudah terpuruk secara hasil, The Hatters juga terpuruk masalah keuangannya. Mereka dilanda krisis keuangan dan memaksa mereka bolak-balik berurusan dengan pihak administrasi FA.

Hasilnya, mereka dihukum oleh FA dan EFL karena melakukan penyimpangan keuangan. Hukumannya yakni berupa pengurangan poin sebanyak 30 poin, di musim ketika mereka berlaga di kasta kelima Liga Inggris atau Non-League.

Sudah jatuh tertimpa tangga. Kekacauan internal itu membuat tim ini hanya berkutat saja di Non-League, bahkan sampai lima musim lamanya yakni dari 2009 hingga 2014.

CEO Luton Town, Gary Sweet pernah mengatakan bahwa menghabiskan waktu lima tahun di Non-League memberikan pelajaran penting dalam membangun pondasi dan stabilitas tim.

9 Tahun Perjuangan

Hari-hari yang dinantikan publik Luton pun terjadi di musim 2013/14. Di bawah kendali pelatih John Still, mereka mampu promosi ke League Two. Setelah empat musim lamanya berjuang di League Two. Sampailah pada tahun 2018, ketika mereka diselamatkan oleh sang juru selamat bernama Nathan Jones.

Pelatih asal Wales itu berhasil membawa Luton Town promosi ke League One pada musim 2017/18. Jones mempunyai andil yang sangat besar bagi perkembangan skuad Luton Town untuk naik level ke kasta yang lebih tinggi.

Meski harus ditinggal Jones pada pertengahan musim 2018/19, skuad peninggalannya masih mumpuni untuk berjuang ke level yang lebih tinggi. Buktinya, dengan cepat musim itu Luton mampu kembali promosi ke Championship.

Ditinggal Nathan Jones

Maka dari itu, Jones akhirnya dipanggil kembali untuk melatih Luton untuk berlaga di Championship mulai musim 2019/20. Bahkan yang lebih membanggakannya lagi, The Hatters sempat mengais asa bersama Jones untuk tampil di liga kasta tertinggi Inggris, setelah musim lalu mereka mampu lolos ke babak playoff Championship.

Namun nasib mujur belum berpihak pada The Hatters. Langkah mereka terjegal di babak semifinal play-off melawan Huddersfield Town. Pupuslah mimpi Jones dan anak asuhnya ke Liga Inggris musim lalu.

Musim ini, Jones masih ditargetkan menangani Luton untuk promosi. Namun jalan ceritanya menjadi lain. Tepatnya pada November 2022, tiba-tiba Jones pergi. Ia malah menerima tawaran untuk menjadi juru taktik baru Southampton, ketimbang membawa Luton mencapai mimpinya promosi ke Liga Inggris.

Edwards Dan Gaya Main Luton Town

Lalu siapa yang menggantikannya melatih Luton? Ya, dia adalah Rob Edwards. Edwards bukanlah sosok yang spesial. Ia bahkan dipecat oleh Watford musim ini pada November 2022 lalu.

Menerima pinangan Luton, tentu jadi tantangan bagi Edwards untuk mengambil hati para fans yang sudah kadung mencintai Jones. Lalu apa yang dilakukan Edwards? Ia tak merombak apa yang sudah dibangun oleh Jones.

Sentuhan baru Edwards malah menambah kekuatan bagi Luton. Seperti dikatakan The Athletic, sepakbola Edward adalah sepakbola pragmatis dan efektif. Ia menggunakan tiga bek, bermain solid secara tim, dan sesekali memaksimalkan bola mati. Gaya main Edwards juga tak berbasis penguasaan bola.

Skuad Murah Dan Pemain Kunci

Lalu siapa amunisi Edward di Luton musim ini? FYI aja, menurut data dari laman Twitter Golazo Sports, skuad Luton musim ini total hanya bernilai 6,5 juta dollar saja.

Dengan skuad semiskin itu, jangan harap ada nama-nama pemain populer di Luton. Di bawah mistar ada sosok penting Luton musim ini, yakni kiper Ethan Horvath. Kiper asal Amerika pinjaman dari Nottingham Forest.

Kemudian ada bek tangguh mereka asal Wales yang pingsan di final play-off lalu, Tom Lockyer. Di tengah, sosok kunci keseimbangan mereka ada di pemain pinjaman dari Aston Villa, Marvelous Nakamba dan pemain lama mereka yang ikonik Pelly Ruddock Mpanzu. Di lini serang, ada duet striker Elijah Adebayo dan kapten sekaligus top skor mereka, Carlton Morris.

Masalah Stadion

Tak hanya miris melihat nilai dan nama-nama skuad mereka. Melihat stadion mereka pun sama mirisnya. Ya, Kenilworth Road adalah stadion yang kini hanya berkapasitas 10.300 penonton saja. Stadion ini bahkan kurang layak, karena posisinya sangat berdempetan dengan rumah penduduk dan jalan utama.

Bayangkan, kapasitas sebesar itu akan menampung fans tuan rumah plus fans klub-klub besar Liga Inggris. Maka dari itu, FA mulai menyoroti kelayakan stadion Luton tersebut.
Pasalnya, stadion terkecil Liga Inggris musim ini saja, yakni Vitality Stadium milik Bournemouth itu pun berkapasitas 11.000 lebih.

Menurut CEO Gary Sweet, Luton butuh dana sebesar 10 juta pound atau sekitar 200 miliar guna memperbaiki kelayakan stadion. Dana sebesar itu menurutnya nanti akan diperuntukan untuk membuat tribun baru, serta beberapa fasilitas lainya supaya terpenuhi syaratnya oleh FA.

Sebenarnya sejak 2019 lalu, mereka sudah merencanakan membuat proyek stadion baru yang berkapasitas 23.000. Namun proyek yang sedianya direncanakan akan selesai pada 2025 itu, akhirnya terbengkalai setelah pandemi Covid melanda.

Kini rencananya proyek itu akan kembali digarap. Sembari Kenilworth Road akan disiapkan markas sementara mereka untuk musim depan. Pemasukan yang didapat setelah menjadi juara play-off Championship, rencananya akan dihabiskan untuk persiapan infrastruktur klub musim depan.

Kejutan di Musim Depan?

Sehingga bisa dipastikan Luton musim depan akan menghemat pengeluaran mereka untuk skuad. Jangan harap mereka membeli banyak pemain musim depan. Dengan kondisi seperti itu, akankah ada kejutan dari Luton musim depan? Bertahan di Liga Inggris saja sudah menjadi target terbaik mereka. Yang jelas skuad Luton yang apa adanya ini siap memberi warna baru bagi Liga Inggris musim depan.

Oh iya, jangan lupakan juga tuah dan keunikan dari markas mereka yang kecil itu. Barangkali saja, para pemain dari klub-klub besar tiba-tiba jadi kesusahan saat bertandang ke Kenilworth Road. Jadi sekali lagi, selamat datang di Liga Inggris, Luton Town. Kami berharap banyak kejutan darimu musim depan.

Sumber Referensi : theathletic, espn, theathletic, transfermarkt, bbc

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *