• September 27, 2023

Manchester City Memang Pantas Juara Liga Inggris Musim 2022/23

Wajah bahagia tercurah dari para pemain Manchester City usai wasit Anthony Taylor meniup peluit panjang laga Nottingham Forest vs Arsenal. Arsenal tak terduga kalah. Selesai sudah perebutan gelar Premier League musim ini. Para punggawa Manchester City yang menonton pertandingan itu bersorak-sorai.

Mereka langsung mengadakan pesta di tempat nobar. Setelah kepastian itu, laga menghadapi Chelsea tidak lebih dari sekadar laga amal. Sayangnya, laga amal itu malah tidak dimanfaatkan dengan baik oleh Chelsea. Alih-alih menang dengan memakai skuad terbaiknya, The Blues justru kalah melawan para pemain pelapis Manchester City.

Manchester City pun berpesta di markasnya sendiri. Apa boleh buat. Manchester City memang sudah sangat layak menjadi juara Liga Inggris musim 2022/23.

Tiga Kali Beruntun

Gelar juara Liga Primer Inggris yang diraih Manchester City musim ini menggenapi catatan manis mereka di ajang tersebut. Ini adalah gelar ketiga secara beruntun yang diraih Manchester City. Dimulai pada musim 2020/21. Ketika Manchester City sangat perkasa di Liga Inggris. Mereka pun bisa menyabet gelar dengan mengumpulkan 86 poin.

Manchester United yang berada di peringkat kedua waktu itu tak sanggup mengejar. United hanya mampu finis dengan 74 poin di tangga kedua. Diikuti Liverpool di tangga ketiga dengan 69 poin. Lalu, di musim 2021/22, Manchester City menjalani persaingan sengit.

Pasukan Josep Guardiola harus bertarung dengan Liverpool. Namun, Guardiola berhasil membawa pasukannya juara dengan mengumpulkan 93 poin. Unggul satu poin saja dari pasukan Jurgen Klopp di peringkat kedua. Sementara Chelsea, sang juara Liga Champions musim sebelumnya, bertengger di posisi ketiga dengan 74 poin.

Dengan tiga kali beruntun meraih trofi Liga Inggris, Manchester City akhirnya menyamai rival sekotanya, yaitu Manchester United. Sejak Liga Utama Inggris berubah namanya menjadi Premier League pada tahun 1992, hanya ada dua tim yang mampu menyabet tiga kali juara beruntun, yaitu dua klub Manchester.

Namun, The Citizens baru kali ini melakukannya. Sementara, Setan Merah sudah dua kali melakukannya, yaitu dari musim 1998/99 hingga 2000/01 dan dari musim 2006/07 hingga 2008/09. City harus melakukannya sekali lagi agar bisa benar-benar menyamai rekor Manchester United.

Mendominasi Sejak 2017

Gelar di musim 2022/23 makin memperlihatkan dominasi Manchester City di Liga Premier Inggris. Setelah juara Premier League musim 2016/17, Manchester City mulai mendominasi. Andai saja Liverpool gagal menyabet trofi pada musim 2019/20, City bisa jadi tim pertama yang meraih trofi Premier League dalam enam musim beruntun.

Akan tetapi, hilang satu trofi pun tiada mengapa. City sudah kepalang mendominasi sejak 2017. Bahkan ketika gagal meraihnya pada musim 2019/20, City berada di posisi kedua di bawah Liverpool.

Salah satu faktor kuat mengapa Manchester City mendominasi Liga Inggris sejak 2017 adalah kehadiran Josep Guardiola. Guardiola ditunjuk menjadi manajer City tahun 2016. Ia menggantikan Manuel Pellegrini yang dianggap tak mampu berbicara banyak.

Namun, yang ditemui Guardiola di musim pertamanya adalah kegagalan. Tapi bukan Guardiola namanya kalau menyerah begitu saja. Manchester City lekas bangkit di musim berikutnya.

Guardiola menyelaraskan ide-ide briliannya dengan keuangan klub yang digdaya itu. Ia juga membangun filosofi permainannya. Guardiola yang punya gaya permainan jelas dan aliran dana yang deras sejak diambil alih Sheikh Mansour, adalah perpaduan pas untuk membangun Manchester City.

Trofi Premier League musim 2016/17 pun diraih. Itulah titik awal Manchester City bisa mendominasi Liga Inggris. Liga Inggris pun seketika berubah menjadi Liga Petani.

Konsistensi

Perpaduan itu juga membikin Manchester City selalu konsisten. Musim 2022/23 saja, mereka boleh dibilang menjadi tim yang sangat konsisten. Itu mengapa mereka bisa menikung The Gunners. Sebab konsistensi adalah segalanya. Musim ini, Arsenal sejatinya bisa menjadi juara Liga Inggris. Sayangnya, mereka tidak konsisten.

Pada pekan ke-31, Arsenal sejatinya berada di puncak klasemen dengan 74 poin, sedangkan City 73 poin. The Gunners bisa memperlebar jarak dengan Manchester City di pekan berikutnya. Namun, penyakit Arsenal di situasi genting muncul. The Gunners justru ditahan imbang Southampton di pekan berikutnya.

Itu menjadi petaka karena jaraknya cuma dua poin. Lagi pula, di pekan berikutnya Arsenal harus menghadapi Manchester City. Saat menghadapi The Citizens itulah mereka kalah, telak pula dengan skor 4-1. The Gunners yang punya misi merebut kembali posisi puncak justru oleng.

Mereka malah kalah dari Brighton 3-0. Lalu kemarin, Forest membungkam Arsenal 1-0. Di sisi lain, selepas mengalahkan Arsenal, Manchester City justru selalu menang. Fulham, West Ham, Leeds United, Everton, dan Chelsea bertekuk lutut di hadapan The Citizen.

Haaland yang Tak Terbendung

Tak dimungkiri, keberhasilan Manchester City menggondol gelar Liga Inggris musim ini tak bisa lepas dari peran Erling Haaland. Musim-musim sebelumnya, Guardiola yang tak punya striker tajam sepeninggal Sergio Aguero saja bisa juara, apalagi musim ini, ketika pemuda Norwegia itu merapat.

Haaland adalah makhluk yang sulit dibendung. Pergerakannya liar. Ia tahu harus bagaimana untuk mencetak gol. Haaland adalah pendobrak penyerang tengah yang sangat cocok dengan skema Guardiola. Ia sudah mencetak 36 gol dari 34 laga Premier League.

Haaland tak perlu bermain di dua laga sisa, karena torehan golnya itu sudah bisa melampaui catatan gol Alan Shearer dan Andy Cole. Shearer bersama Andy Cole mencetak 34 gol dalam semusim. Sementara Haaland sudah mengemas 36 gol. Ia melewati rekor yang konon sulit itu.

Dengan catatan tersebut, Haaland adalah pencetak gol terbanyak dalam semusim sejak Premier League berdiri tahun 1992. Kegemilangan Haaland ini dipuji oleh para pundit Inggris. Salah satunya Gary Neville. Ia menyebut Haaland benar-benar unik. Haaland, kata Neville, adalah seorang striker dengan penyelesaian yang luar biasa.

Tim yang Sudah Terbangun

Gelar juara Liga Inggris musim ini juga makin memperlihatkan bahwa Manchester City adalah tim yang sudah terbangun. Semua tahu, gaya permainan Guardiola sangat dikagumi. Kecerdikan ide-idenya, keindahan timnya, menarik banyak pujian. Guardiola tahu betul bagaimana membangun tim.

Memang, City unggul soal kekayaan. Tapi kalau itu tidak dikelola dengan baik, atau katakanlah tak punya manajer secerdik Guardiola, bisa jadi gagal. Lihatlah bagaimana Manchester United yang menghamburkan banyak uang tapi kurang berhasil. Lihat juga Chelsea.

Josep Guardiola jelas memiliki rencana matang. Ia tidak asal membeli pemain atau menjualnya. Contohnya, ketika Kyle Walker sepertinya sulit beradaptasi dengan taktik barunya, ia datangkan Manuel Akanji.

Ia bahkan menaruh John Stones menjadi gelandang bertahan demi modernisasi taktik. Itulah mengapa City bisa mempertahankan kapasitasnya. Selalu percaya diri, bermain klinis, dan tangguh di setiap musimnya.

Manchester City musim ini juga pandai memanfaatkan momentum. Kala mereka punya kesempatan menyalip Arsenal, peluang itu sama sekali tidak disia-siakan. Mereka bantai itu Arsenal, membuat gajah yang sudah berada di atas pohon akhirnya nyusruk, tersungkur, jatuh, dan pada akhirnya harus menahan malu.

Sumber: Reuters, Express, TheNewYorkTimes, TheAthletic, TheAnalyst, ManCity, Olympic

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *