• September 29, 2023

Jual Sandro Tonali, AC Milan Menuju Banter Era Jilid 2?

Pendukung AC Milan pernah merasakan masa-masa suram ketika Silvio berlusconi mulai kesulitan membiayai Rossoneri yang sudah ia besarkan puluhan tahun layaknya anak sendiri. Demi menyeimbangkan neraca keuangan dan membayar utang, Milan mulai melepas para pemain bintangnya.

Hingga akhirnya, Berlusconi tak lagi kuat membiayai dan Milan jatuh ke tangan investor asal Cina, Yonghong Li. Kala itu, pendukung Milan mengira kalau tim kesayangan mereka lepas dari masa suram. Tagar “We Are So Rich” banyak terbentang di San Siro hingga media sosial. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.

Di era tersebut, Rossoneri dikelola serampangan. Mereka menghambur-hamburkan uang untuk membeli pemain kelas dua dengan harga yang tak wajar. Gaji yang dibayarkan juga tak setimpal dengan performa di atas lapangan.

Dari pinggir lapangan, pelatih yang Milan datangkan juga tak berkelas. Meski sempat memenangi Supercoppa Italia 2016, tetapi sepanjang era tersebut, Milan tak berprestasi dan absen dari Liga Champions, bahkan sempat terkena hukuman FFP. Belum lagi berbagai gimmick di luar lapangan yang membuat Milan terlihat seperti badut.

Era kelam tersebut lazim disebut sebagai “Banter Era”. “Banter Era” bisa diartikan sebagai “era olok-olok”, sebuah periode kelam di mana sebuah klub sepak bola berada di titik yang sangat rendah dibanding sejarahnya. Konsekuensi dari sebuah tim yang terjerumus ke “Banter Era” adalah mendapat cemooh dan penghinaan.

Milan “Banter Era Jilid 1” terjadi pada musim 2012 hingga 2018. Namun, ada versi pula yang menyebut kalau “Banter Era Jilid 1” baru dimulai setelah Massimiliano Allegri dipecat hingga Milan kembali meraih scudetto bersama Stefano Pioli.

Manapun yang benar, di masa tersebut, AC Milan memang sangat nikmat untuk dijadikan bahan lelucon. Kini, setelah lama tak terdengar, istilah tersebut kembali mencuat. Trauma masa lalu kembali mengintai pendukung Milan usai Sandro Tonali dijual ke Newcastle United.

Here We Go! Sandro Tonali Dijual €70 juta ke Newcastle United

Penjualan Sandro Tonali mengingatkan pendukung Rossoneri akan penjualan Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva ke PSG di musim panas 2012. Kala itu, alasan ekonomi jadi penyebab dijualnya dua figur penting di balik scudetto ke-18 AC Milan.

Kini, alasan ekonomi juga dipakai oleh pemilik anyar Rossoneri, Redbird Capital Partners pimpinan Gary Cardinale sebagai dalih untuk menjual Sandro Tonali. Mirip dengan Ibra dan Thiago Silva, Tonali juga merupakan figur penting yang sukses membawa Milan meraih scudetto ke-19.

Menurut laporan Fabrizio Romano, Milan sepakat melepas Tonali ke Newcastle United dengan harga €70 juta plus bonus. Dalam kesepatakannya, Milan memasukkan klausul penjualan sebesar 10%. Sementara itu, Tonali dilaporkan akan menerima kontrak hingga 2029 dengan gaji €7 juta pertahun plus bonus €2 juta.

Tawaran menggiurkan itulah yang disinyalir tak kuasa ditolak AC Milan. Rencananya, uang hasil penjualan Tonali akan dipakai manajeman baru Milan untuk membeli target lain di bursa transfer.

Banyak kabar simpang siur soal kronologi penjualan Sandro Tonali. Ada laporan yang menyebut Tonali sampai nangis ketika tau akan dijual AC Milan. Sementara, agen dari Sandro Tonali, Giuseppe Riso, mengatakan kalau kliennya sangat tenang dan paham situasi. Dengan menerima tawaran The Magpies, ia akan membantu Milan dan Brescia.

Laporan dari jurnalis Daniele Longo dan Anto Vitiello juga mengatakan kalau Sandro Tonali tidak menolak tawaran Newcastle. Vitiello yang konon begitu dekat dengan Milan juga mengatakan kalau Tonali ingin bertahan di Milan ia bisa langsung menolak tawaran Newcastle, tapi nyatanya tidak terjadi.

Bagaimanapun kronologinya, nasi sudah jadi bubur. Pendukung Milan harus menerima kenyataan kalau salah satu pemain yang mereka gadang-gadang akan menjadi kapten masa depan kini akan segera pergi.

Sandro Tonali adalah representasi dari mimpi para Milanisti. Tumbuh besar sebagai fans Milan, Tonali berhasil memenuhi mimpinya. Ia bahkan mengenakan jersey bernomor 8, nomor yang dulu dipakai oleh idolanya, Gattuso. Seorang milanista sejati, Tonali berhasil mengantar Milan meraih scudetto dan menjadi semifinalis Liga Champions.

Kisah itulah yang membuat pendukung rossoneri sedih bukan main. Mereka pun menyalahkan Gary Cardinale yang memecat Paolo Maldini. Pasalnya, penjualan Tonali sendiri merupakan efek domino dari pemecatan Paolo Maldini.

Ketakutan di Balik Penjualan Sandro Tonali

Tanpa Maldini, AC Milan tak lagi punya penjaga filosofi. Para pemain Milan juga sudah tak punya pelindung. Kini, siapa saja bisa dijual.

Oleh karena itu, fans Milan paham betul kalau ini bukanlah akhir dari dunia. Sebab, masih ada Mike Maignan, Theo Hernandez, dan Rafael Leao yang kapan saja bisa meninggalkan mereka dengan cara yang menyakitkan.

Lebih krusial lagi, tanpa Maldini, Milan telah kehilangan seorang negosiator ulung. Selepas kepergian Maldini dan Ricky Massara, operasi transfer Milan dipimpin langsung oleh CEO mereka, Girogio Furlani. Sementara urusan teknis diurus kepala pemandu bakat, Geoffrey Moncada. Pelatih Stefano Pioli juga kabarnya ikut serta dalam pengambilan keputusan transfer.

Namun, sejauh bursa transfer berjalan, trio Furlani, Moncada, dan Pioli terbukti gagal menyamai pencapain Maldini. Tanpa sang legenda, Milan gagal mendapat pemain incarannya, bahkan disalip oleh klub lain.

Terbaru, usaha Milan mendaratkan Marcus Thuram secara gratis berakhir sia-sia. Di detik-detik akhir, Milan yang tak kunjung mengamankan tanda tangan Thuram disalip Inter Milan yang berani memberi gaji lebih tinggi.

Ironis, sebab kabarnya negosiasi dengan dengan pihak Thuram sudah dilakukan Milan selama 3 pekan. Bahkan Pioli dilaporkan sudah beberapa kali menelpon striker timnas Prancis tersebut. Akan tetapi, usaha mereka berakhir sia-sia.

Sebelum Thuram, Milan lebih dulu ditolak Youri Tielemens dan Evan N’Dicka. Daichi Kamada yang kabarnya sudah setuju gabung Milan juga tak kunjung mendapat kepastian.

Perlu diketahui kalau beberapa pemain dalam skuad Stefano Pioli datang karena yakin dengan proyek Maldini. Harga tebus Tonali yang tadinya mencapai €25 juta juga bisa ditekan menjadi hingga €5,9 juta saja. Berkat kemampuan negosiasi Maldini, Tonali juga bersedia menerima pemotongan gaji.

Kini, efek dari pemecatan Paolo Maldini sudah mulai dirasakan Milan. Ironisnya, di tengah kondisi seperti ini, para pendukung Milan tak bisa berharap banyak kepada ultras terbesar mereka, Curva Sud, yang terkesan biasa saja dan belum menunjukkan tanggapan serius.

Rencana Transfer Milan Pasca Penjualan Tonali

Pendukung Milan memang pantas takut. Penjualan Sandro Tonali yang mungkin bakal diikuti dengan penjualan bintang-bintang lainnya memang terasa begitu pahit. Namun, mereka harus mulai membiasakan diri kalau kini AC Milan tak lagi memegang asas kekeluargaan seperti saat diurus Silvio Berlusconi. Kini, Milan adalah klub bisnis. Beli murah, jual mahal.

Rencananya, hasil penjualan Sandro Tonali akan dipakai untuk membeli pemain baru. Inilah yang membedakan dengan “Banter Era Jilid 1”. Manajemen baru Milan yang bekerja dengan metode “moneyball” punya rencana lanjutan.

Setelah menjual Tonali, Milan mencoba membajak Davide Frattesi yang sebenarnya tinggal selangkah lagi bergabung ke Inter. Selain Frattesi, Sergej Milinkovic-Savic, Tijjani Reijnders, Ruben Loftus-Cheek, Florentino Luis, dan Lazar Samardžić juga masuk dalam radar. Milan juga tengah intens mengejar “Messi dari Turki”, Arda Guler.

Uang hasil penjualan Tonali juga akan dipakai untuk membeli penyerang baru. Samuel Chukwueze jadi target utamanya. Selain itu, setelah gagal mendaratkan Marcus Thuram, Milan dirumorkan mengalihkan targetnya kepada Gianluca Scamacca atau Alvaro Morata. Milan juga dikaitkan dengan striker Almeria, El Bilal Touré dan bek Borussia Dortmund, Thomas Meunier.

Milan Menuju “Banter Era Jilid 2”?

Dengan rencana tersebut, rasanya masih terlalu dini untuk menuduh AC Milan tengah menuju “Banter Era Jilid 2”. Bursa transfer masih panjang. Masih banyak pemain yang bisa diincar. Dari para pemain yang akan datang inilah kita bisa menilai lebih objektif.

Namun, dari apa yang sudah terjadi, ini merupakan kekalahan untuk Gary Cardinale dan manajemen baru Milan. Kegagalan Milan mendatangkan Youri Tielemens, Evan N’Dicka, dan Marcus Thuram, hingga masih belum jelasnya transfer Daichi Kamada yang berlarut-larut seolah membuktikan kalau keputusan mereka memecat Maldini adalah sebuah bencana.

Pada akhirnya, kemungkinan terburuknya adalah penjualan Sandro Tonali yang tak dipakai secara maksimal. Milan kemudian hanya akan kembali merekrut pemain kelas dua dengan harga yang tak wajar. Atau yang lebih ironis, penjualan Sandro Tonali hanya akan masuk kantong saja. Jika salah satu dari dua hal ini terjadi, maka mari ucapkan selamat datang untuk Milan Banter Era Jilid 2.


Referensi: Minuti Di Recupero, Sempre Milan, Sempre Milan, Goal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *