
Dari Sahabat Jadi Musuh Bebuyutan! Panasnya El Clasico Era Guardiola vs Mourinho
admin
- 0
Saat Bobby Robson ditunjuk jadi pelatih Barcelona musim 1996/97, ia membawa satu orang kepercayaannya. Ia adalah Jose Mourinho, yang sudah bekerja untuk Robson sebagai penerjemahnya sejak ia melatih di Liga Portugal.
Seiring berjalannya waktu, Robson memberikan Mou tanggung jawab yang lebih besar. Ketika di Barcelona ini lah, ia mulai dipercaya jadi asisten pelatih. Tugasnya memimpin sesi latihan pemain dan melaporkannya ke Robson. Salah satu pemain yang Mou latih dalam sesinya adalah sang gelandang bertahan, Pep Guardiola.
Itulah awal mula pertemuan Mourinho dengan Pep Guardiola. Tak disangka, Mou dan Guardiola memiliki satu kesamaan. Yaitu minat mereka pada analisis strategi. Mereka berdua bahkan sering menghabiskan waktu bersama, membahas taktik dan strategi yang biasa Robson terapkan.
Sejak saat itu, Mou dan Guardiola sudah saling mengadu taktik dan strategi mereka masing-masing. Menghiasi permainan sepakbola dengan banyak bumbu drama diatasnya. Puncaknya adalah saat mereka terlibat dalam El Clasico di La Liga. Tapi jika dilihat kembali, rivalitas Mou dan Pep sudah penuh drama sejak Pep belum melatih Barca.
Kena Tikung Guardiola
Mourinho adalah pilihan yang jelas dan paling tepat untuk Barcelona saat mereka ingin cari pengganti Frank Rijkaard di tahun 2008. Sebab, Mou sudah memiliki pengalaman yang luas. Ia sudah jadi pelatih top, baik di liga Portugal dan Inggris. Sekaligus memenangkan banyak gelar di masing-masing liga tersebut. Belum lagi fakta kalau Mou punya sejarah dengan Barcelona.
Mourinho juga sedang menganggur setelah pergi dari Chelsea di tahun 2007. Jadi tidak hanya Mou adalah nama terbesar saat itu, tapi juga pelatih top yang tersedia. Tapi Barcelona menolak Mourinho mentah-mentah. Alasannya, hanya karena filosofi Mou berbeda dengan Barca.
Di Porto Mourinho bermain secara reaktif, melakukan serangan balik, dan mengandalkan skill permainan para pemain. Itu membuatnya menjuarai Liga Portugal juga Liga Champions. Di Chelsea, Mou bermain lebih mengutamakan permainan defensif yang sabar. Itu membantunya dalam menjadikan Chelsea jadi penguasa di Inggris.
Mourinho’s First spell at Chelsea was truly remarkable!!
Games: 120
Wins: 85
Draws: 25
Defeats: 10
Win percentage: 71%
Goals Scored: 215
Goals Conceded: 67
Points Gained: 280/360Back to Back Premier League Titles🏆🏆
Two League Cups 🏆🏆
One FA Cup 🏆pic.twitter.com/AUxIPitLLm— Nouman (@nomifooty) July 18, 2020
Prestasi Mou tidak diragukan lagi. Tapi secara garis besar, Mou adalah pelatih yang sangat pragmatis dalam bermain. Itu bertentangan dengan filosofi di Barcelona yang mengandalkan keindahan permainan dan penguasaan bola.
Tak dipungkiri, Mourinho memang beresiko bagi Barca. Tapi, saat itu Barcelona benar-benar sedang terpuruk. Di musim 2006/07 blaugrana hanya dapat supercopa espana dan di 2007/08 el barca justru puasa gelar. Resiko untuk merekrut Mourinho adalah resiko yang pantas diambil. Namun, nyatanya tidak. Barca tetap tidak mau menerima Mou meski ia berjanji tak akan mengubah terlalu banyak identitas Barca.
Penolakan itu memang membuatnya kesal dan jadi benci Barca. Tapi yang membuat Mou tambah kesal adalah, Barca mengangkat Pep Guardiola. Saat itu Pep sudah jadi pelatih tim Barca B, tapi belum punya pengalaman sebagai pelatih tim utama di manapun.
“Keputusan merekrut Mourinho akan merubah banyak hal di klub ini. Sama seperti Rijkaard, Guardiola tidak akan pernah membahayakan klub ini” Ucap Cruyff, yang saat itu menjabat jadi penasehat klub.
Bentrokan Pertama Guardiola vs Mourinho
Prediksi Cruyff memang benar. Guardiola tidak hanya tidak membahayakan klub. Tapi membawa Barca ke level yang jauh berbeda. Ia membawa blaugrana mendominasi Spanyol dan Eropa dengan meraih treble winner di musim pertamanya, musim 2008/09.
Sementara Mou masih menikmati kejayaannya sebagai pelatih level atas. Setelah ditolak Barca, ia menuju Inter Milan untuk melanjutkan dominasi Inter di Serie A pasca Calciopoli. Di musim 2008/09, Mou menjuarai scudetto bersama Inter.
Takdir mempertemukan Guardiola dan Mou lagi. Tapi kali ini sebagai rival di Liga Champions musim 2009/10. Mereka tergabung di grup yang sama tapi kembali dipertemukan di babak semifinal. Disinilah drama sesungguhnya terjadi.
Barca yang merupakan juara bertahan dan di musim sebelumnya mendapatkan treble tentu diunggulkan. Apalagi Pep sudah mengalahkan Mou sebelumnya di fase penyisihan grup. Tapi cuaca buruk akibat letusan gunung vulkanik memaksa Barca bertandang ke Italia menggunakan bus. Mou memanfaatkan kondisi itu untuk merubah keadaan.
Barcelona yang kelelahan tak berkutik di Giuseppe Meazza. Mereka kalah 3-1 setelah Pedro mencetak gol pembuka. Gol Inter dicetak oleh Sneijder, Maicon, dan Milito. Menang besar di kandang, strategi Mou pun jelas di leg kedua. Yaitu mempertahankan keunggulan.
Pertandingan bertajuk Tiki Taka vs teknik bertahan khas Italia bernama Catenaccio pun tercipta di Camp Nou. Barca menghabiskan hampir sepanjang pertandingan bermain di sisi bertahan lapangan Inter. Sedangkan nerazzurri bisa bertahan dengan sangat baik. Meskipun mereka bermain dengan 10 pemain setelah Motta dapat kartu merah sejak menit ke-28.
His running celebration after Inter’s win over Barça en route to the 2010 Champions League final 👏
(via @BTSportFootball)pic.twitter.com/EOJyLiqmCj
— B/R Football (@brfootball) May 19, 2023
Barca hanya bisa menang 1-0 lewat gol dari Pique di menit 84. Tidak ada gol lagi tercipta sampai pertandingan berakhir dengan sangat tragis untuk Pep. Mereka menguasai 74% bola dan menciptakan 16 tendangan. Sementara Inter sama sekali tidak mencatatkan shot on target. Pada akhirnya Jose Mourinho membawa Inter ke treble winner yang bersejarah.
Pep Masih Mempertahankan Dominasi
Dan nilai plusnya untuk Mou, ia telah mengalahkan klub yang menolaknya dengan tekniknya sendiri. Dimana ia membuktikan timnya bisa menang tanpa bola. Ironisnya, teknik tersebut lah yang membuat Mou ditolak jadi pelatih Barca sebelumnya.
Di tahun itu pula, sepak bola Spanyol sedang dalam puncaknya. Mereka menjuarai Piala Dunia dengan permainan tiki taka. La Liga jadi liga yang paling hangat dibicarakan. Real Madrid dan Barcelona jadi klub yang paling dinantikan di Eropa. Sebab 10 pemain dari starting eleven di partai final melawan Belanda adalah pemain Madrid dan Barcelona.
Di musim panas 2010 itu juga, Real Madrid merekrut Mourinho. Tujuan utamanya adalah untuk menggulingkan dominasi Pep Guardiola di La Liga. Semuanya tampak lancar untuk Mourinho saat ia bawa Real Madrid tak terkalahkan di 12 pertandingan pembuka La Liga 2010/11. Sampai mereka bertemu Barcelona di pekan ke-13.
Ini pertama kalinya Mou menginjakkan kaki di Camp Nou setelah kemenangan bersama Inter musim sebelumnya. Madrid sedang dalam performa terbaik, begitu pula Barca. Tapi hasil mengejutkan 5-0 tercipta.
😍 #OTD in 2010, we beat Real Madrid 5-0 in a historical night at Camp Nou!
✨ 𝐌𝐀𝐆𝐈𝐂 ✨ pic.twitter.com/8cMuFJJilG
— FC Barcelona (@FCBarcelona) November 29, 2021
Florentino Perez menyebut ini sebagai “Penampilan terburuk Real Madrid dalam sejarah”. Delapan pemain el real kena kartu. Termasuk Sergio Ramos yang dapat kartu merah. Kiper cadangan Madrid saat itu, Jerzy Dudek mengenang betapa kacaunya situasi ruang ganti setelah pertandingan.
“Beberapa dari kami menangis, beberapa ada yang masih berdebat, dan ada yang hanya melihat ke lantai. Lalu Mourinho masuk dan berkata kalau besok kita libur latihan. Tapi ia menyuruh kami untuk keluar. Untuk menunjukkan kepada warga Madrid kami tidak bersembunyi dari kekalahan memalukan ini” Ucap Dudek dikutip dari Planet Football.
Untungnya Real Madrid bisa bangkit setelah itu. Mereka tak terkalahkan di delapan pertandingan selanjutnya. Juga menahan imbang Barca di pekan ke-32. Tapi Barca asuhan Pep sangat kuat musim itu. Mereka mengakhiri musim sebagai juara dengan koleksi 96 poin.
Puncak Hubungan Toksik
El Clasico musim 2010/11 tidak hanya tercipta di La Liga saja. Kedua tim ini juga bertemu di Copa del Rey dan Liga Champions. Total, di musim 2010/11 tercipta lima El Clasico. Empat diantaranya berlangsung dalam jarak 18 hari. Jadi bisa dibayangkan bagaimana tensi Pep dan Mou memuncak.
Madrid memang tak bisa mengalahkan Barca di Liga. Tapi Mou sempat balas dendam di final Copa del Rey. Ronaldo mencetak satu-satunya gol di laga itu. Ini juga jadi trofi pertama Madrid sejak sejak Guardiola ditunjuk jadi pelatih Barca.
Namun, ada sedikit kontroversi pada kemenangan Madrid di Copa del Rey. Atau itu yang diklaim oleh Guardiola. Pep mengkritik keputusan wasit di laga itu. Barca sebenarnya bisa mencetak gol kalau saja Pedro tidak dianulir offside. Tapi sebenarnya itu memang offside.
Mourinho membuat keadaan jadi panas dengan komentar: “Ada dua jenis pelatih sampai sekarang. Pertama, yang tidak mau berbicara soal keputusan wasit. Dan yang lainnya, mengkritik wasit jika ia membuat keputusan salah. Sekarang ada pelatih jenis baru. Orang itu adalah Pep yang mengkritik wasit saat wasit membuat keputusan benar” Ucapnya dikutip dari the athletic.
Guardiola yang mendengar komentar itu naik pitam. Bagi Pep, Mourinho sama saja bilang kalau Pep adalah pelatih yang tidak tahu apa-apa dan ia tidak selevel dengannya. Pep tidak bisa menahan diri untuk membalas ucapan tajam Mou.
Pada konferensi pers menjelang pertemuan di babak semifinal Liga Champions, Pep meluapkan kemarahannya “Di ruang pers ini, dia adalah pemimpinnya, pria sialan itu. Saya tidak mau bersaing dengan pria sialan itu. Selama tiga tahun ini, saya selalu diam.”
Pep meluapkan kemarahan dengan panjang lebar. Menjelaskan bagaimana ia merasa hubungan antara dirinya dengan Mou sudah tidak penting lagi. Pep bahkan berkata kalau mereka bukan teman, melainkan hanya mantan rekan kerja.
Mou Buat Pep Kena Mental
Musim 2010/11 secara keseluruhan menjadi milik Pep Guardiola. Selain memenangkan La Liga, Pep juga menggulingkan Mourinho di Liga Champions. Barcelona menyingkirkan Madrid di babak semifinal dengan agregat 3-1. Dan mengalahkan MU di final dengan skor 3-1.
Musim berikutnya, Mourinho telah menyelesaikan transformasi Real Madrid jadi tim yang mengandalkan serangan balik sepenuhnya. Di musim 2011/12 itu Mourinho akhirnya bisa menyelesaikan misinya. Menggulingkan Pep Guardiola dari puncak La Liga. Real Madrid mengakhiri musim sebagai juara La Liga dengan total 100 poin dan memecahkan rekor 121 produktivitas gol di liga.
Sebelum Mourinho datang ke Real Madrid, sudah jadi pengetahuan umum kalau Barcelona adalah tim yang tak tertembus. Tapi semua itu bisa dipecahkan oleh Mou. Tapi persaingan kedua pelatih hebat ini juga memiliki sisi gelap.
Pep Guardiola kabarnya jadi terlalu muak sampai-sampai ia hengkang dari Barca. Tapi tidak hanya hengkang, Pep mengambil waktu cuti dari dunia kepelatihan selama setahun. Sebelum akhirnya mengambil pekerjaan di Bayern Munchen di tahun 2013. Gerard Pique pernah berkata salah satu alasannya adalah karena Mourinho.
“Kita memenangkan segalanya saat itu. Tapi terkadang apa yang terjadi di luar lapangan lebih penting dari yang terjadi di dalam lapangan. Madrid juara liga musim itu dan tiba-tiba Pep punya banyak alasan untuk pergi. Tapi saya yakin itu karena Mourinho terlalu berlebihan”
Sumber referensi: Planet, 442, Athletic, Athletic 2, UEFA, Eurosport