• September 22, 2023

Dari Konflik Sampai Demi Cuan! 9 Pemain Ini Dengan Kejam Dibuang Paksa Oleh Klubnya Sendiri

Sepak bola adalah permainan yang tidak pasti. Begitu pula dengan transfer para pemainnya. Kadang kita bisa melihat seorang pemain yang terlihat bahagia di klubnya, tapi tiba-tiba dijual atau dibuang, dengan berbagai alasan. Dari ketidak cocokan dengan pelatih, konflik dengan petinggi klub, atau yang lebih sering untuk cuan. Berikut 9 diantaranya.

Sandro Tonali

Banyak pertanyaan soal transfer Sandro Tonali ke Newcastle. Apakah sebenarnya Tonali bersedia pindah atau tidak. Dilansir dari beberapa sumber, laman Sempre Milan contohnya, Tonali dikabarkan memang ingin pindah. Tapi banyak sumber lain yang mengatakan kalau Milan memaksa Tonali untuk pindah. Tapi satu yang pasti, Tonali sangat mencintai Milan.

Ia berkali-kali mendapat tawaran untuk pindah. Tapi berkali-kali itu pula ia menolak. Tonali pernah berkata kalau mimpinya adalah bertahan di Milan sampai akhir karirnya. Tapi ia juga sadar hal itu sulit dipastikan. Sampai akhirnya Newcastle si klub kaya baru menebus harga 70 juta euro ke Milan untuk memboyong Tonali di musim panas 2023.

Dilansir dari Daily Mail, Milan memaksa Tonali untuk menyetujui tawaran Newcastle. Sebab Milan membutuhkan dana lebih untuk belanja pemain. Tonali yang sangat mencintai Milan itupun kabarnya sampai menangis menerima kabar ini. Tapi ia tidak punya banyak pilihan. Ia pun setuju dan pindah ke Newcastle meskipun itu hal terberat untuknya.

“Meninggalkan Milan adalah pilihan paling sulit dalam karir saya. Tapi di Newcastle saya bertemu dengan orang-orang yang benar-benar menginginkan saya”

Semoga Tonali bisa belajar mencintai Newcastle sama seperti ia mencintai Milan. Dan mungkin saja ia bisa membantu Newcastle menjuarai Premier League, sama seperti ia membantu Milan meraih scudetto.

David De Gea

Sama seperti Tonali, David De Gea juga sangat mencintai klubnya, Manchester United. Bedanya cinta De Gea sudah terbukti. 12 tahun ia setia mengabdi untuk setan merah. Meskipun diwarnai banyak naik turun, tapi De Gea sangat pantas untuk menyandang gelar reds legends.

De Gea telah mendapatkan penghargaan Sir Matts Busby Player of the Year sebanyak empat kali. Itu membuat De Gea sebagai pemilik penghargaan pemain terbaik klub terbanyak, sebelum disamai oleh Cristiano Ronaldo di musim 2021/22.

De Gea pernah mengatakan kalau dirinya ingin menghabiskan karir dan pensiun di Manchester United. Dikutip dari Marca, ia berkata:

“Saya berharap bisa pensiun di Manchester United dan selalu menganggap bahwa ini klub saya. Saya sudah bertahun-tahun di sini. Dan saya sangat bahagia di sini.”

Meskipun begitu, karir De Gea di Old Trafford berakhir begitu kejam dan tragis. Ketidak cocokan De Gea dengan pelatih MU, Erik Ten Hag dan kehebatannya yang memudar membuat De Gea harus tersingkirkan saat kontraknya habis di tahun 2023.

Joe Hart

Penjaga gawang memang posisi yang agak sulit dimengerti. Sekilas, tugas mereka tampak sederhana. Tapi sedikit saja tidak cocok dengan taktik pelatih, juga bisa jadi penghancur karir bagi para kiper. Itu yang terjadi pada De Gea. Dan itu pula yang terjadi pada Joe Hart.

Saat Pep Guardiola datang ke Manchester City di tahun 2016, ia tiba-tiba saja mengusir Joe Hart. Tentu saja, itu langkah yang kontroversial. Joe Hart adalah kiper yang dicintai publik Etihad Stadium. Ia juga jadi kiper andalan timnas Inggris.

Tapi Pep menilai Joe Hart tidak cukup baik dalam memainkan bola di kakinya. Itu adalah skill yang sangat penting untuk Pep yang identik dengan permainan penguasaan bola. Awalnya Joe Hart dibuang ke Torino dengan status pinjaman. Kemudian kembali dipinjamkan ke West Ham, sebelum akhirnya dijual ke Burnley.

Di tahun 2021, ia bahkan sudah tidak bermain di liga top Eropa. Joe Hart bermain di liga Skotlandia bersama Celtic. Begitu mengejutkan mengingat semua ini. Bisa-bisanya karir Joe Hart langsung terjun bebas setelah dibuang Pep.

Yaya Toure

Berbicara soal pemain yang dibuang Pep, tentu saja Yaya Toure tak bisa dilupakan. Ia tidak hanya sekali dibuang Pep, tapi dua kali. Pertama saat Pep masih melatih Barcelona. Ia menjualnya ke Manchester City di tahun 2010 untuk memberikan ruang pada Serio Busquets.

Di City, Toure malah bersinar. Ia jadi bagian penting dalam masa-masa awal Man City membangun kesuksesan. Yaya Toure pun menasbihkan diri sebagai pengatur irama permainan Man City, dan gelandang terbaik di Premier League. Itu sampai Pep datang ke Manchester City di tahun 2016.

Toure mulai mendapatkan menit bermain yang lebih sedikit. Sampai akhirnya di tahun 2018 ia dibuang ke Olympiacos dengan status bebas transfer. Toure memang sudah berusia 35 tahun saat itu. Tapi ia masih bisa diandalkan. Setidaknya Toure bisa dibiarkan pensiun di Man City. Ada mitos perlakuan Pep yang buruk terhadap Toure ini membuat Pep dikutuk tidak akan dapat Liga Champions lagi. Tapi kutukan itu patah di tahun 2023.

Jaap Stam

Jaap Stam adalah salah satu bek terbaik yang pernah dimiliki Manchester United. Ia juga jadi bagian penting MU dalam meraih treble di tahun 1999. Tapi ia tiba-tiba saja dijual oleh Sir Alex di tahun 2001.

Ternyata Sir Alex tidak suka dengan apa yang Stam tulis di buku biografinya. Ada bagian yang membuat Fergie tersinggung. Tak butuh waktu lama bagi Fergie untuk menjualnya ke Lazio dengan harga 15 juta pounds. Tim Serie A itu tentu dengan senang hati menerima Stam sedang berada di performa puncak.

Tapi ada rumor yang mengatakan kalau Stam dijual bukan karena konflik dengan Fergie. Tapi saat itu MU sedang berusaha terhindar dari kerugian finansial. Fergie pun menjual Stam tapi menggunakan autobiografinya sebagai dalih. Sebab Fergie terlalu angkuh untuk mengakui kalau klubnya berada di ambang kebangkrutan.

Angel Di Maria

Bisa dibilang, perlakuan Real Madrid terhadap Di Maria sangat kejam dan tidak adil. Madrid dikabarkan melarang Di Maria untuk bermain di final Piala Dunia 2014. Sebab saat itu Madrid berniat menjual Di Maria dan takut tidak laku kalau ia cedera karena bermain di final.

Di Maria pernah mengaku dirinya Madrid menjual dirinya untuk menutupi biaya belanja Gareth Bale di tahun sebelumnya. Madrid juga butuh biaya tambahan untuk mendatangkan James Rodriguez yang bersinar di Piala Dunia 2014.

Di Maria akhirnya dijual ke Manchester United, ironisnya dengan memecahkan rekor biaya transfer saat itu sebesar 63 juta euro. Uniknya, pemain Argentina itu secara terbuka mengatakan dirinya tidak ingin bermain di Manchester United.

“Niat saya adalah tetap di Madrid, tapi saya tidak tahu apa yang terjadi” Ucap Di Maria. Jelas terlihat bahwa ia tidak ingin bermain untuk United setelah tampil sangat buruk. Di musim setelahnya, ia pun dijual ke PSG dengan harga diskon.

Iker Casillas

Setelah Piala Dunia 2014, Real Madrid berada di persimpangan jalan. Mereka tahu Iker Casillas sudah tidak muda lagi tapi mereka tidak benar-benar menemukan pengganti. Los Blancos sebenarnya mengincar David De Gea tapi United saat itu enggan melepasnya.

Madrid pun akhirnya membeli Keylor Navas yang tampil memukau bersama Kosta Rika di Piala Dunia 2014. Casillas yang tahu kalau dirinya sudah tak dibutuhkan pun setuju untuk hengkang ke Porto di tahun 2015. Padahal di tahun 2008, Casillas menandatangani kontrak seumur hidup di Real Madrid.

Yang menyedihkan adalah, tidak ada perayaan untuk Casillas. Ia hanya melakukan konferensi pers sambil menangis, sendirian di hadapan puluhan media. Setelah itu, ia bukan lagi pemain Madrid.

Luis Suarez

Saat Luis Suarez dijual oleh Barcelona di tahun 2020, saat itu blaugrana sedang dalam titik terendah mereka. Secara performa maupun finansial. Barca saat itu kalah dari Bayern Munchen di Liga Champions dengan skor memalukan 8-2. Dan Suarez lah yang jadi kambing hitam.

Barca juga terlilit utang sebesar 1,2 miliar euro. Menjual Suarez adalah solusi terakhir Barca untuk menghemat pengeluaran gaji. Tapi situasi utang Barca begitu buruk sampai mereka juga harus melepas Messi setahun kemudian.

Mesut Ozil

Cerita paling tragis mungkin jadi milik Mesut Ozil. Tidak hanya sekali, tapi ia dibuang secara paksa sebanyak dua kali. Pertama di Arsenal. Meriam London menyingkirkan Ozil setelah pemain Jerman itu terlalu vokal dalam berpendapat soal konflik Muslim Uighur di China. Selain itu juga karena Arsenal butuh mengurangi pengeluaran gaji.

Ozil dilepas ke Fenerbahce di tahun 2021. Awalnya itu berjalan baik. Tapi karena Ozil berkonflik dengan presiden dan juga pelatih Fenerbahce saat itu, ia kembali dibuang ke Istanbul Basaksehir sebelum akhirnya pensiun di tahun 2023. Sungguh tragis. Di dekade 2010-an Ozil adalah playmaker paling hebat yang pernah ada. Tapi dengan cepat status itu hilang.

Sumber referensi: Planet, Smepre, Daily, Man United, Marca, MEN, Sky, B/R, Mirror

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *